Ayah Korban Pemerkosaan Dokter Priguna Meninggal Dunia

Dokter Priguna – Kejadian memilukan baru saja mengguncang Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Dr. Priguna Anugrah Pratama, seorang dokter residen anestesiologi, di tetapkan sebagai tersangka dalam kasus pemerkosaan terhadap FH, keluarga pasien. Insiden ini tidak hanya merenggut nyawa FH, tetapi juga menyebabkan kematian ayahnya setelah di rawat di rumah sakit.

Kronologi Kejadian: Dari Ruang Perawatan ke Ruang Kejahatan

Pada 18 Maret 2025, FH yang tengah menjalani perawatan di RSHS diminta oleh Dr. Priguna untuk transfusi darah. Tanpa curiga, FH mengikuti instruksi tersebut. Namun, di ruang 711 lantai 7 Gedung MCHC, Dr. Priguna melakukan aksi bejatnya. Ia menusukkan jarum infus ke tangan FH sebanyak 15 kali sebelum menyuntikkan zat yang membuatnya kehilangan kesadaran slot kamboja. Saat terbangun di ruang IGD, FH menyadari ada yang tidak beres dan merasakan nyeri di area intim.

Dampak Tragedi: Kematian yang Menghantui Keluarga

Kejadian ini tidak hanya meninggalkan trauma mendalam bagi FH, tetapi juga bagi keluarganya. Ayah FH, yang mengetahui nasib tragis putrinya, mengalami penurunan kesehatan yang signifikan. Setelah di rawat di RSHS, sang ayah menghembuskan napas terakhirnya, meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Langkah Hukum dan Tindakan Tegas

Pihak kepolisian telah menetapkan Dr. Priguna sebagai tersangka dan mengidentifikasi dua korban lainnya. Obat-obatan seperti Propofol, Midazolam, dan Fentanyl yang di gunakan dalam aksi keji tersebut telah di amankan sebagai barang bukti. Kementerian Kesehatan juga telah mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) Dr. Priguna, yang otomatis membatalkan Surat Izin Praktiknya. Selain itu, kegiatan residensi Program Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di RSHS di hentikan sementara selama satu bulan untuk evaluasi dan perbaikan sistem pengawasan.

Harapan untuk Keadilan dan Perubahan Sistemik

Tragedi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang sistem keamanan dan pengawasan di rumah sakit. Bagaimana bisa seorang tenaga medis menyalahgunakan wewenangnya untuk melakukan tindakan keji seperti ini? Keluarga korban berhak mendapatkan keadilan, dan masyarakat menuntut perubahan sistemik agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.

Baca juga artikel kami yang lainnya: https://sairaamwindownets.com/

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan sistem keamanan dan pengawasan, serta memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *